Sumber Daya Laut Indonesia: Solusi untuk Ketahanan Energi dan Pangan Nasional?

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Namun, potensi ini belum dimanfaatkan optimal untuk menjamin ketahanan pangan dan energi nasional. Artikel ini menyajikan fakta-fakta terkini dan menarik yang mungkin belum diketahui banyak orang — dan bisa menjadi bahan menarik untuk publikasi Anda.

1. Skala Lautan Indonesia & Pentingnya Ekonomi Biru

  • Luas laut Indonesia mencapai sekitar 5,8–6,4 juta km², dengan garis pantai lebih dari 108.000 km.
  • Indonesia menyimpan 37 % spesies ikan dunia, termasuk tuna, udang, lobster, dan ikan hias berprotein tinggi.
  • Namun kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional baru sekitar 3,7 % hingga 7,9 %, padahal seharusnya bisa mencapai hingga 70 % menurut potensi yang teruku

2. Ketahanan Pangan: Laut Sebagai Gudang Protein

  • Potensi lestari sumber daya ikan laut mencapai 12,54 juta ton/tahun, dengan area budidaya laut lebih dari 12 juta hektar. Saat ini baru dimanfaatkan sekitar 2,7 % area tersebut.
  • Indonesia adalah penghasil rumput laut terbesar kedua di dunia, produksi mencapai 10 juta ton kering/tahun.
  • Rumput laut bisa dikembangkan menjadi bahan baku industri bioplastik, biofarmasi, pupuk, dan pakan ternak—potensi yang selama ini belum tergarap sepenuhnya

3. Ketahanan Energi: Laut sebagai Sumber Energi Terbarukan

  • Potensi energi laut—termasuk arus laut, gelombang, dan OTEC—diperkirakan mencapai 60 GW di 17 kawasan strategis di perairan Indonesia.
  • Salah satu lokasi potensial, Selat Alas antara Lombok dan Sumbawa, saja bisa menghasilkan 640 GWh/tahun dari energi arus laut (tidal).
  • Namun hingga saat ini teknologi pembangkit energi laut masih sangat terbatas dan belum menghasilkan kontribusi nyata ke jaringan listrik nasional.

4. Blue Economy & Inovasi yang Jarang Diketahui

  • Inisiatif NSDL (Neraca Sumber Daya Laut) dikembangkan oleh KKP, Bappenas, BPS, dan GOAP. Sudah diluncurkan pada 2024 dan dirancang untuk operasional penuh pada 2026, mendukung pengambilan keputusan berbasis data hingga 2045.
  • NSDL mencakup konservasi, mitigasi perubahan iklim, serta nilai ekonomi ekosistem pesisir melalui indikator Beyond GDP.
  • Contoh nyata blue economy:
    • Budidaya rumput laut berkelanjutan di Nusa Tenggara Timur yang memberi pendapatan tinggi tanpa kerusakan lingkungan.
    • Pariwisata ekologi di Kepulauan Seribu yang berhasil menggabungkan pelestarian laut dan edukasi lingkungan sambil meningkatkan ekonomi lokal.

5. Fakta Menarik & Jarang Diketahui

  • Hanya sekitar 1 % area budidaya rumput laut yang benar-benar dimanfaatkan, walau potensi area mencapai 1,1 juta.
  • Luas terumbu karang mencapai ~18 % dari total karang dunia, namun hanya 5,3 % dalam kondisi sangat baik dan 30,45 % dalam kondisi kurang baik—menunjukkan tekanan tinggi terhadap ekosistem penting ini.
  • Praktik aquaculture regeneratif, seperti tambak rumput laut yang terintegrasi dengan kawasan konservasi, mampu tingkat panen hingga 4 kali lipat dari metode tradisional dan membantu menyerap karbon serta memperkuat pangan biru global.
  • Meskipun potensi energi laut besar, biaya listrik dari arus laut bisa mencapai Rp 114.000/kWh, yang saat ini membuat investor skeptis memasuki sektor ini.

6. Tantangan dan Jalan ke Depan

Tantangan Utama

  • Keterbatasan teknologi, tenaga ahli, dan regulasi khusus untuk energi laut dan industri bioteknologi laut.
  • Tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, asidifikasi laut, serta praktik tangkapan ikan ilegal berpotensi mengurangi hasil ikan hingga 20 % dengan kenaikan suhu 1,5 °C.

Solusi & Langkah Strategis

  • NSDL sebagai basis data terpadu bisa membantu perencanaan dan konservasi laut berkelanjutan.
  • Investasi dalam blue economy, termasuk blended finance dan blue bond (misalnya koral bond pertama di Indonesia), menjadi solusi pembiayaan untuk usaha berkelanjutan.
  • Kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, pengusaha, dan masyarakat pesisir untuk membangun supply chain sektor maritim serta inklusivitas komunitas lokal yang selama ini kurang terlibat.

Kesimpulan

Sumber daya laut Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi penopang ketahanan pangan dan energi nasional. Dari sumber protein tinggi seperti ikan dan rumput laut, hingga energi bersih dari arus, gelombang dan OTEC—semua siap menjadi bagian dari solusi jika dikelola dengan teknologi tepat, kebijakan berbasis data (melalui NSDL), serta pembiayaan inovatif seperti blue economy.

Namun untuk itu, Indonesia perlu bergerak cepat memperkuat regulasi, inovasi teknologi, keterlibatan masyarakat lokal, dan investasi agar potensi laut yang melimpah tidak hanya menjadi data, tetapi menjadi nyata dalam membawa ketahanan dan kesejahteraan bangsa.

Kolomnis: Randy Akbar Maulana Rasyid

  • Randy Akbar

    Related Posts

    Membangun Dialog di Tengah Gejolak

    Riuh demo yang memecah kesunyian jalanan selama beberapa hari terakhir adalah cerminan dari hati yang gelisah. Gelombang demonstrasi ini bukan sekadar unjuk kekuatan, tetapi juga wujud dari kekecewaan yang menumpuk.…

    80 Tahun Merdeka, 20 Tahun Bersiap: Apa yang Harus Kita Lakukan untuk Indonesia Emas 2045?

    Tahun 2025 menandai 80 tahun Indonesia merdeka. Sebuah capaian sejarah yang tidak hanya layak dirayakan, tetapi juga menjadi momen refleksi. Sebab, 20 tahun ke depan, tepat pada tahun 2045, bangsa…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *