
Setelah lebih dari dua tahun konflik berdarah di Jalur Gaza, kelompok perlawanan Palestina Hamas akhirnya menegaskan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Langkah ini menandai awal dari apa yang disebut banyak pihak sebagai momen paling krusial menuju perdamaian sejak agresi dimulai pada Oktober 2023.
Dalam pernyataan resmi pada Kamis (9/10), Hamas menegaskan bahwa kesepakatan tersebut meliputi penghentian penuh operasi militer di Gaza, penarikan pasukan Israel dari wilayah tersebut, pembukaan akses bantuan kemanusiaan, serta pertukaran tahanan antara kedua belah pihak.
“Kami telah mencapai kesepakatan yang menetapkan diakhirinya perang di Gaza, penarikan pasukan pendudukan darinya, masuknya bantuan, dan pertukaran tahanan,” ujar Hamas dalam keterangan yang dikutip dari Al Jazeera.
Meski menyambut kesepakatan itu, Hamas menyoroti pentingnya peran komunitas internasional untuk memastikan Israel mematuhi seluruh isi perjanjian. Mereka secara khusus menyerukan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan para mediator untuk menggunakan pengaruhnya menekan Israel agar menghormati kesepakatan tersebut.
“[Kami meminta] pemerintah pendudukan [Israel] untuk sepenuhnya melaksanakan persyaratan perjanjian,” lanjut Hamas.
Selama ini, Israel kerap dituduh melanggar berbagai perjanjian gencatan senjata baik di Gaza maupun di Lebanon dalam konflik dengan Hizbullah. Sejumlah pengamat menilai sikap keras Israel terhadap kelompok perlawanan sering kali menjadi penghambat bagi stabilitas kawasan.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut kesepakatan ini dengan nada optimistis. Ia menyebut hari penandatanganan perjanjian sebagai “hari yang baik untuk Israel.”
Kantor Netanyahu juga mengungkap bahwa sang perdana menteri sempat melakukan panggilan telepon dengan Trump yang disebut “sangat emosional dan hangat.”
“[Keduanya] saling memberi selamat atas pencapaian bersejarah penandatanganan perjanjian pembebasan semua sandera,” demikian pernyataan resmi dari Kantor PM Israel, dikutip Al Jazeera.
Kesepakatan gencatan senjata tersebut diumumkan Trump sehari sebelumnya melalui platform media sosial miliknya, Truth Social.
“Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian kami,” tulis Trump.
Menurut rencana tersebut, seluruh sandera akan dibebaskan dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang telah disepakati bersama.
Namun, bayang-bayang kehancuran masih menyelimuti Gaza. Sejak agresi militer dilancarkan Israel pada Oktober 2023, wilayah itu telah luluh lantak. Lebih dari 67 ribu warga Palestina tewas, sementara jutaan lainnya terpaksa mengungsi tanpa kepastian akan pulang.
Kesepakatan ini memberi secercah harapan bahwa babak baru menuju perdamaian mungkin saja dimulai namun, sebagaimana banyak perjanjian sebelumnya keberhasilannya akan sangat bergantung pada komitmen kedua pihak untuk benar-benar menghentikan perang yang telah menelan begitu banyak korban jiwa.
Sumber: CNBC Indonesia, CNN Indonesia
Pewarta: Zahra Asyidda